Minggu, 26 November 2017

PERENCANAAN PUBLIK RELATION



PERENCANAAN PUBLIC RELATION
Assalamualikum wr.wb
Pada kali ini saya akan sedikit menjelaskan tentang perencanaa public relation
Dalam KBBI perencanaan/pe·ren·ca·na·an/ n proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan):
Mengapa perencanan dalam public relation sangat penting ?  berikut penjelasannya
Empat alasan perencanaan program Public Relations:
1.      Untuk menetapkan target-target operasi humas yang nantinya akan menjadi tolak ukur atas segenap hasil yang diperoleh.
2.      Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.
3.      Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan:
a.       Jumlah program
b.      Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan segenap program humas yang telah diprioritaskan itu
4.      Untuk menentukan kesiapan atau kelayakan pelaksanaan berbagai upaya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan jumlah dan kualitas:
a.       Personil yang ada
b.      Daya dukung dari berbagai peralatan fisik seperti alat-alat kantor, mesin cetak, kamera, kendaraan, dan sebagainya
c.       Anggaran dana yang tersedia
Hal-hal yang perlu diingat dalam perencanaan program-program Public Relations:

1) Jam kerja
2) Prioritas
3) Penentuan waktu
4) Sumber daya
5) Peralatan
6) Anggaran

Model perencanaan humas enam langkah:

  1. Pengenalan situasi
  2. Penetapan tujuan
  3. Definisi khalayak
  4. Pemilihan media dan teknik-teknik humas
  5. Perencanaan anggaran
  6. Pengukuran hasil


PENGENALAN SITUASI
Perencanaan Logis
Kunci pertama dalam menyusun suatu rencana secara logis adalah pemahaman terhadap situasi yang ada. Sebelum kita merumuskan suatu program humas, kita perlu mengetahui titik awalnya. Untuk memahami situasi, kita memerlukan informasi atau data intelijen. Perlu diadakan suatu studi mengenai situasi-situasi internal maupun eksternal yang dihadapi organisasi sebagai implikasi dari inti kegiatan humas yang senantiasa menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran, menuntut keterbukaan yang memerlukan komunikasi yang baik.
Proses transfer humas
Tujuan paling utama dari kegiatan humas adalah menciptakan pemahaman. Setiap praktisi humas berkewajiban menjadikan khalayak organisasinya memahami produk atau kehadiran organisasi secara keseluruhan. Mereka sama sekali tidak dibebani tugas untuk membuat khalayak tadi menyukai atau mencintai organisasinya. Kalau khalayak bisa memahami kondisi organisasi, meskipun mereka tidak menyukainya, tujuan humas sudah tercapai. Jadi di sini yang harus ditekankan adalah pengertian dan pemahaman.
Kompromi yang diperlukan
Dengan menyadari berbagai kesulitan dalam melaksanakan proses transfer humas dari sikap negatif menjadi sikap positif, maka setiap praktisi humas harus selalu realistis, dan jangan sampi terjebak dalam sikap optimisme yang berlebihan. Tidak ada jaminan bahwa ia akan berhasil sepenuhnya. Ada baiknya jika kita menetapkan target yang wajar.
Penyelidikan situasi
Guna memahami situasi yang ada, kita perlu mengadakan suatu investigasi atau penyelidikan. Investigasi itu sendiri bisa dilakukan melalui suatu observasi atau melalui suatu studi informasi dan statistik (studi kepustakaan). Tetapi kalau kegiatan itu belum juga memunculkan hasil yang memuaskan, maka kita mau tidak mau harus mengadakan penelitian yang khusus dan mendalam.
Pengumpulan pendapat
Salah satu metode yang paling sering digunakan oleh praktisi humas adalah pengumpulan pendapat atau studi sikap (attitude study) dimana seorang pewawancara akan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada sejumlah responden sampel yang dianggap cukup mewakili suatu khalayak yang hendak dituju. Selanjutnya, jawaban mereka dikelompokkan menurut kategori tertentu.
Pemecahan masalah
Setelah kita mampu mengenali situasi dengan baik, maka kita juga akan dapat mengenali masalah yang ada serta mencari cara untuk memecahkannya. Humas seringkali juga merupakan suatu kegiatan untuk memecahkan masalah. Antara kegiatan humas dan kegiatan pemecahan masalah memang terkait erat karena kita tidak akan mungkin mengatasi suatu persoalan jika kita tidak memahaminya terlebih dahulu.
Metode-metode pengenalan situasi
  1. Survei-survei yang khusus diadakan untuk mengungkapkan pendapat, sikap-sikap masyarakat atau citra organisasi di mata khalayaknya
  2. Pemantauan berita-berita di media massa, baik media cetak maupun media elektronik
  3. Tinjauan terhadap angka dan grafik penjualan serta menelaah berbagai indikasi yang terkandung di dalam laporan-laporan tahunan
  4. Tinjauan terhadap kondisi-kondisi persaingan pada umumnya di pasar
  5. Tinjauan terhadap fluktuasi harga-harga saham (jika organisasi anda adalah sebuah perusahaan yang sudah go public), survei terhadap pendapat umum di kalangan para pelaku pasar bursa, penafsiran angka deviden, serta penelaahan data neraca keuangan.
  6. Situasi hubungan industri pada umumnya (antara lain terwujud berupa frekuensi pemogokan dan protes terhadap suatu kebijakan dari pihak manajemen yang mencakup berbagai hal seperti angka gaji, fasilitas kerja dan sebagainya)
  7. Kondisi dan pengaruh cuaca (jika hal itu memang relevan bagi organisasi anda)
  8. Frekuensi keluhan konsumen, penerimaan produk, serta laporan atas hasil uji coba produk di pasar
  9. Diskusi mendalam dengan para petugas penjualan serta para distributor
  10. Tinjauan secara seksama terhadap harga-harga produk dan fluktuasinya
  11. Kajian secara mendalam terhadap berbagai kekuatan pasar mulai dari yang bersifat ekonomis, sosial, hingga yang berdimensi politis
  12. Sikap-sikap tokoh masyarakat yang merupakan para pencipta atau pemimpin pendapat umum
Demikian lah penjelasan tentang perencanaa public relation, semoga bermanfaat
Wassalamu’alaikum wr.w.b


Sabtu, 25 November 2017

PENENTUAN TARGET dan SRATEGI PUBLIC RELATION



PENENTUAN TARGET dan SRATEGI PUBLIC RELATION
Assalamualaikum wr.wb
Pada kali ini saya akan menjelaskan sedikit tentang penentuan target dan strategi dalam humas
Pertama-tama kita akan  memahami arti kata penentuan target,
Arti kata penentuan menurut KBBI proses, cara , perbuatan menentukan,, penetapan, pembatasan. Dan kata Target menurut KBBI adalah tar·get /targét/ n sasaran (batas ketentuan dsb) yg telah ditetapkan untuk dicapai: panen di semua kabupaten di daerah itu berhasil melampaui. Kalau di satukan menjadi  proses atau perbuatan menentukan sasaran ( khalayak ) yang telah di tetapkan untuk dicapai.
Publik / Target Audiens adalah penerima dari kegiatan komunikasi
Beberapa publik / target sasaran yang jelas dan mudah untuk mengidentifikasi, tetapi beberapa dari mereka harus ditetapkan terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Identifikasi publik / target sasaran harus berdasarkan prioritas, karena kita tidak dapat berkomunikasi dengan seluruh sasaran yang relevan sekaligus pada saat yang sama.
Salah satu cara yang paling populer untuk mengidentifikasi publik / sasaran adalah model pemasaran STP (Segmenting, Targeting, Positioning). Dalam PR, kita dapat mengubah menjadi ITP (Identifying, Targeting, Prioritizing).
Tapi , Padala kali ini pembahasan yang lebih mudah untuk memahamami penentuan target public relation  kita akan kaitkan pada kampaye, apa lagi saat ini juga dekat dengan kampanye pemilihan bupati serempak salah satunya di kubu raya, ini merupakan salah satu praktek publik relation dalam kehidupan sehari-hari, Berikut benjelasan lebih lanjut
Pada masa sekarang pelaku kampanye umumnya menyadari bahwa khalayak merupakan titik tolak bagi setiap kegiatan kampanye. Pengetahuan tentang khalayak akan membimbing kita dalam merancang “pesan apa”, “untuk siapa”, disampaikan “lewat media apa” dan “ siapa yang cocok untuk menyampaikannya”.
McQuail & Windahl mendefinisikan khalayak sasaran adalah : sejumlah besar orang yang pengetahuan, sikap dan perilakunya akan diubah melalui kegiatan kampanye. Besarnya jumlah khalayak sasaran mengidentifikasikan bahwa mereka memiliki karakteristik yang beragam.
Sedangkan Jhonston menyatakan ada dua prespekif yang dapat digunakan untuk melihat siapa khlayak sebenarnya yaitu :
1.      Prespektif Individual yaitu melihat khalayak sebagai individu yang memiliki pandangan pribadi tentang dunia beradasarkan karakteristik personal yang dimilikinya.
2.      Prespektif sosiokultural yaitu melihat khalayak sebagai produk budaya, dimana faktor-faktor diluar dirinya (faktor eksternal dan situasional) sangat mempengaruhi respons dan perilaku yang muncul.
Menurut prespektif individual, efek dari pesan-pesan persuasif sulit diperkirakan. Bagaimanapun hebatnya pelaku kampanye, khalayak tidak akan begitu saja menuruti apa yang dikatakan mereka . Khalayak adalah individu-individu yang berfikir, memiliki perasaan, mengevaluasi, menentukan, beraksi dan bereaksi atas sesuatu. Karena alasan in maka pesan-pesan kampanye akan dipersepsi secara berbeda-beda oleh setiap individu dan akhirnya menghasilkan efek yang beragam.
Sebaliknya menurut Prespektif sosiokultural, memandang pesan-pesan kampanye dapat menimbulkan efek yang relatif seragam pada khalayak sasaran berdasarkan asumsi bahwa khalayak adalah kumpulan orang yang saling berinteraksi dan saling berbagi keyakinan, nilai dan norma-norma budaya.
Khalayak dipandang sebagai produk budaya tertentu, mereka cenderung merespon pesan kampanye berdasarkan acuan normatif (budaya) yang mereka miliki bersama. Dengan kata lain faktor-faktor budayalah yang lebih mempengaruhi penerimaan pesan-pesan persuasif pada diri khalayak dibandingkan faktor individu.
Kedua sudut pandang memang ada perbedaan namun keduanya sangat perlu dipahami untuk meningkatkan efektivitas penyampaian pesan-pesan kampanye.
Dari contoh praktek nyata di atas , dapat kita simpulkan bahwa, dalam penentuan target sangatlah penting dan cara penyampaiannya juga harus bisa di pahami agar para target dapat menerimanya dengan paham.
 Selanjutnya kita akan membahas strategi yang akan di gunakan dalam humas.
Strategi dalam KBBI adalah komunikasi sesuatu yang patut dikerjakan demi kelancaran komunikasi atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Untuk memudahkan memahamkan strategidalam humas, kali ini kita akan menyangkut pautkan pada marketing public relation. ada Tiga pendekatan dalam MPR Menurut Thomas L Harris, tiga pendekatan dalam MPR terdiri dari; Push, Pull dan Pass.
1.      Push adalah Strategi “dorongan” diperlukan untuk menggunakan kekuatan penjualan dan promosi perdagangan untuk mendorong produk melalui saluran-saluran. Produsen secara agresif mendorong produk kepada agen, agen secara agresif mendorong produk kepada pengecer, dan pengecer secara agresif mendorong produk kepada konsumen.
2.      Pull adalah Strategi “menarik” memerlukan pengeluaran uang banyak atas periklanan, dan promosi konsumen agar permintaan konsumen menjadi lebih berkembang. Jika strategi ini efektif, para konsumen akan meminta produk kepada pengecer mereka, pengecer akan meminta produk kepada agen mereka, dan agen akan menanyakan produknya kepada produsen.
3.      Pass Dalam strategi “mendorong” dan “menarik”, saya mengusulkan bahwa dimensi ketiga, yaitu strategi “melewati”, diperlukan pada pemasaran yang saat ini semakin kompleks. Itu didatangkan oleh faktor Kotler yang digambarkan pada megamarketing, terutama untuk keperluan memasuki pasar yang dihalangi atau dilindungi oleh partai lain daripada pengguna akhir. Partai ini termasuk, tetapi dengan tak ada arti terbatas, pembuat kebijaka pemerintah. Pembuat undang-undang, regulator, partai politik, aktivis, dan kelompok-kelompok kepentingan umum yang pernah mewakili tumbuhnya penyebab agenda, menarik, dan keprihatinan.
Baru saja selama yang dilakukan oleh media sebagai penjaga gawang (gatekeeper), mengetahui berita yang mana akan atau tidak akan masuk, organisasi ini bertindak sebagai penjaga gawang ke marketplace. Para pemasar harus berhasil melewati mereka, yaitu untuk memasuki pasar tertentu dan untuk mengatasi atau menetralkan lawan. Satu tugas untuk ini, Kotler mengambil nilainya, karena para eksekutif pemasaran tidak siap dengan latihan atau pengalaman.
Peran PR adalah merancang strategi mengurusi program-program serta mengijinkan para agen pemasaran untuk melewati para penjaga gawang dan masuk ke pasar. Dalam pandangan Kotler, CPR dan MPR harus memainkan sebuah peran, apa yang disebut rencana strategis “melewati”. Ketika para pelanggan membuat keputusan untuk membeli, mereka sangat yakin perasaan memutuskan untuk membeli dua hal, produk dan perusahaan.
Kotler sangat percaya sekali, bahwa orangorang akan melakukan bisnis dengan perusahaan, mereka tahu dan percaya. Para pelanggan percaya ini berhasil didapat dengan memberikan mutu produk yang dinilai baik. Juga berhasil didapat dengan mensponsori kegiatan dan bisa memahami sebab yang ditunjukkan dengan memberikan penghargaan perusahaan kepada pelanggan.
Sekian dari saya, terimaksih atas kunjungan di blog saya, semoga bermanfaat.
Assalamualikum wr.wb.






KUTIPAN


Selasa, 21 November 2017

KEDUDUKAN PUBLIC RELATION KORPORAT



KEDUDUKAN PUBLIC RELATIONS

Secara umum Public Relations mempunyai kedudukan yang sangat strategis, yakni berada di antara dua pihak publik. Baik untuk publik lingkup internal maupun publik lingkup eksternal.  Hal ini mengisyaratkan bahwa seorang Public Relations Officer sesuai fungsinya adalah sebagai “penyambung lidah’ perusahaan atau organisasi. Khususnya dalam hal mengadakan hubungan timbal balik dengan publik yang berada di dalam dan umumnya dengan publik publik yang berada di luar perusahaan.
Pada kali ini kita akan bahas tentang Kedudukan humas dalam organisasi dan kewenangan petugasnya tidak selalu dapat dinyatakan dengan tegas. Menurut John Tondowijojo (2004:9), bila humas diakui sebagai bagian jajaran kebijakan pimpinan, maka humas harus berada langsung di bawah direksi. Humas harus mampu menyampaikan kebijaksanaan pimpinan, sehingga ia harus langsung berada di pihak yang berhubungan dengan pimpinan seluruh jajaran manajemen. (Tondowidjojo, 2004:9). Sedangkan menurut Renald Khasali, public relations merupakan fungsi manajemen yang sama pentingnya dengan pemasaran, Public Relationoduksi, keuangan dan SUMBER DAYA MANUSIA.
Menurut Tondowidjojo, kegiatan humas haruslah sistematis dan terencana, tetapi kadang-kadang juga perlu untuk berimPublic Relationovisasi dan berinovasi. Suatu kebijakan harus dipertimbangkan, dirumuskan, direncanakan dan evaluasi. Untuk ini diperlukan analisis data yang diperoleh tentang organisasi dan lingkungannya. Seberapa jauh PUBLIC RELATION harus menapakkan kakinya ke peran internal atau fungsi eksternal, tentu saja sepenuhnya tergantung pada kebijakan manajemen. Hanya saja kalau kita menginjak pada tataran ideal fungsi PUBLIC RELATION, tentu saja keseimbangan peran internal dan eksternal adalah perlu. Seberapa jauh titik keseimbangan tersebut harus dijalankan tentu tergantung pada bidang gerak perusahaan/organisasi yang bersangkutan.
Semakin kuat kedekatan perusahaan dengan publik dengan sendirinya membutuhkan banyak konsentrasi untuk memerhatikan publik. Sebaliknya kalau perusahaan lebih banyak bergerak pada komunitas yang tidak secara langsung menemui publik, maka peran PUBLIC RELATION harus dioptimalkan secara internal.

Menurut Moore (2004:159) “Humas di tingkat manajemen puncak sebuah organisasi, dengan seorang direktur utama dan dewan direktur. Karena tindakan manajemen dan kebijaksanaan manajemen mempengaruhi Humas, maka fungsi humas harus ada dalam kedudukan tertentu di dalam struktur organisasi untuk berpartisipasi dengan manajemen dalam keputusan kebijakan umum”.
Posisi PUBLIC RELATION di Bagan Organisasi dan hubungannya dengan pimpinan manajemen (Top Management) seringkali dapat di jelaskan dengan menjelaskan terlebih dahulu bagaimana fungsi PUBLIC RELATION ini muncul. Pada awalnya Fungsi PUBLIC RELATION merupakan bagian integral dari departemen Sumber Daya Manusia sebagai tenaga pendukung komunikasi karyawan.

Karena fungsi ini terus berkembang, tidak hanya sekedar komunikasi karyawan belaka, maka pihak manajemen memisahkannya dari departemen SUMBER DAYA MANUSIA dan memberinya nama baru “Departemen PUBLIC RELATION”. Manajer departemen baru ini bertanggung jawab langsung ke CEO.
Berikut adalah kedudukan PUBLIC RELATION secara struktural menurut Cutlip, Center, & Broom (2009) 



Bagan Kedudukan PR dalam Organisasi Cutlip Center & Broom
Bagan Kedudukan PUBLIC RELATION dalam Organisasi Cutlip Center & Broom

Pada sebuah perusahaan Pimpinan Utama dan public relations seharusnya merupakan satu unit wadah kerja. Public Relations dan pimpinan utama merupakan “dwi-tunggal” yang harmonis dalam menggerakkan perusahaannya. Pimpinan sebagai pemegang policy dan public relations sebagai penterjemah daripada policy itu.
Demikian pula dalam hal menanggapi akibat dari policy yang tengah-tengah publiknya, public relations menyampaikannya pada Pimpinan Utama perusahaan. Dengan demikian, selain sebagai penyambung lidah perusahaan atau organisasi Public Relations dapat pula dikatakan sebagai “jembatan penghubung” di antara dua macam publiknya, baik internal maupun eksternal.

Dari gambaran tersebut, maka ideallah jika kedudukan PUBLIC RELATION secara organisatoris memang harus berada sedekat mungkin dengan Pimpinan Utama, di atas bagian-bagian yang ada dalam perusahaan itu. Kedudukan tersebut diartikan sebagai fungsi menurut hierarki kerja dalam kaitannya dengan aspek komunikasi sebagai unsur-unsur yang ada dalam perusahaan, yakni dilihat secara vertikal.(Yulianita, 2007:85)
Sesuai dengan fungsinya, kedudukan PUBLIC RELATION dalam konteks yang ideal dalam suatu perusahaan atau organisasi, menduduki tempat sebagai konsultan perusahaan atau organisasi khususnya konsultan dalam hal kegiatan komunikasi manajemen perusahaan.
Namun, pada perusahaan-perusahaan yang kecil, biasanya tugas PUBLIC RELATION dipegang langsung oleh pimpinan sendiri. Misalnya toko-toko kecil, dokter-dokter yang berPublic Relationaktek sendiri, konsultan-konsultan, dan perusahaan-perusahaan lainnya yang organisasinya relatif kecil.














Kutipan