PENENTUAN
TARGET dan SRATEGI PUBLIC RELATION
Assalamualaikum
wr.wb
Pada
kali ini saya akan menjelaskan sedikit tentang penentuan target dan strategi
dalam humas
Pertama-tama
kita akan memahami arti kata penentuan
target,
Arti
kata penentuan menurut KBBI proses, cara , perbuatan menentukan,, penetapan,
pembatasan. Dan kata Target menurut KBBI adalah tar·get /targét/ n
sasaran (batas ketentuan dsb) yg telah ditetapkan untuk dicapai: panen di
semua kabupaten di daerah itu berhasil melampaui. Kalau di satukan menjadi proses atau perbuatan menentukan sasaran (
khalayak ) yang telah di tetapkan untuk dicapai.
Publik / Target Audiens adalah penerima dari
kegiatan komunikasi
Beberapa publik / target sasaran yang jelas dan
mudah untuk mengidentifikasi, tetapi beberapa dari mereka harus ditetapkan
terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Identifikasi publik /
target sasaran harus berdasarkan prioritas, karena kita tidak dapat
berkomunikasi dengan seluruh sasaran yang relevan sekaligus pada saat yang
sama.
Salah satu cara yang paling populer untuk
mengidentifikasi publik / sasaran adalah model pemasaran STP (Segmenting,
Targeting, Positioning). Dalam PR, kita dapat mengubah menjadi ITP
(Identifying, Targeting, Prioritizing).
Tapi
, Padala kali ini pembahasan yang lebih mudah untuk memahamami penentuan target
public relation kita akan kaitkan pada
kampaye, apa lagi saat ini juga dekat dengan kampanye pemilihan bupati serempak
salah satunya di kubu raya, ini merupakan salah satu praktek publik relation
dalam kehidupan sehari-hari, Berikut benjelasan lebih lanjut
Pada
masa sekarang pelaku kampanye umumnya menyadari bahwa khalayak merupakan titik
tolak bagi setiap kegiatan kampanye. Pengetahuan tentang khalayak akan
membimbing kita dalam merancang “pesan apa”, “untuk siapa”, disampaikan “lewat
media apa” dan “ siapa yang cocok untuk menyampaikannya”.
McQuail
& Windahl mendefinisikan khalayak sasaran adalah : sejumlah besar orang
yang pengetahuan, sikap dan perilakunya akan diubah melalui kegiatan kampanye.
Besarnya jumlah khalayak sasaran mengidentifikasikan bahwa mereka memiliki
karakteristik yang beragam.
Sedangkan
Jhonston menyatakan ada dua prespekif yang dapat digunakan untuk melihat siapa
khlayak sebenarnya yaitu :
1.
Prespektif
Individual yaitu melihat khalayak sebagai individu yang memiliki pandangan
pribadi tentang dunia beradasarkan karakteristik personal yang dimilikinya.
2.
Prespektif
sosiokultural yaitu melihat khalayak sebagai produk budaya, dimana
faktor-faktor diluar dirinya (faktor eksternal dan situasional) sangat
mempengaruhi respons dan perilaku yang muncul.
Menurut
prespektif individual, efek dari pesan-pesan persuasif sulit diperkirakan.
Bagaimanapun hebatnya pelaku kampanye, khalayak tidak akan begitu saja menuruti
apa yang dikatakan mereka . Khalayak adalah individu-individu yang berfikir,
memiliki perasaan, mengevaluasi, menentukan, beraksi dan bereaksi atas sesuatu.
Karena alasan in maka pesan-pesan kampanye akan dipersepsi secara berbeda-beda
oleh setiap individu dan akhirnya menghasilkan efek yang beragam.
Sebaliknya
menurut Prespektif sosiokultural, memandang pesan-pesan kampanye dapat
menimbulkan efek yang relatif seragam pada khalayak sasaran berdasarkan asumsi
bahwa khalayak adalah kumpulan orang yang saling berinteraksi dan saling
berbagi keyakinan, nilai dan norma-norma budaya.
Khalayak
dipandang sebagai produk budaya tertentu, mereka cenderung merespon pesan
kampanye berdasarkan acuan normatif (budaya) yang mereka miliki bersama. Dengan
kata lain faktor-faktor budayalah yang lebih mempengaruhi penerimaan
pesan-pesan persuasif pada diri khalayak dibandingkan faktor individu.
Kedua
sudut pandang memang ada perbedaan namun keduanya sangat perlu dipahami untuk
meningkatkan efektivitas penyampaian pesan-pesan kampanye.
Dari
contoh praktek nyata di atas , dapat kita simpulkan bahwa, dalam penentuan
target sangatlah penting dan cara penyampaiannya juga harus bisa di pahami agar
para target dapat menerimanya dengan paham.
Selanjutnya kita akan membahas strategi yang
akan di gunakan dalam humas.
Strategi
dalam KBBI adalah komunikasi
sesuatu yang patut dikerjakan demi kelancaran komunikasi atau rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Untuk
memudahkan memahamkan strategidalam humas, kali ini kita akan menyangkut
pautkan pada marketing public relation. ada Tiga pendekatan dalam MPR Menurut
Thomas L Harris, tiga pendekatan dalam MPR terdiri dari; Push, Pull dan
Pass.
1.
Push adalah Strategi
“dorongan” diperlukan untuk menggunakan kekuatan penjualan dan promosi
perdagangan untuk mendorong produk melalui saluran-saluran. Produsen secara
agresif mendorong produk kepada agen, agen secara agresif mendorong produk
kepada pengecer, dan pengecer secara agresif mendorong produk kepada konsumen.
2.
Pull adalah Strategi
“menarik” memerlukan pengeluaran uang banyak atas periklanan, dan promosi
konsumen agar permintaan konsumen menjadi lebih berkembang. Jika strategi ini
efektif, para konsumen akan meminta produk kepada pengecer mereka, pengecer
akan meminta produk kepada agen mereka, dan agen akan menanyakan produknya
kepada produsen.
3.
Pass Dalam strategi
“mendorong” dan “menarik”, saya mengusulkan bahwa dimensi ketiga, yaitu
strategi “melewati”, diperlukan pada pemasaran yang saat ini semakin kompleks.
Itu didatangkan oleh faktor Kotler yang digambarkan pada megamarketing,
terutama untuk keperluan memasuki pasar yang dihalangi atau dilindungi oleh partai
lain daripada pengguna akhir. Partai ini termasuk, tetapi dengan tak ada arti
terbatas, pembuat kebijaka pemerintah. Pembuat undang-undang, regulator, partai
politik, aktivis, dan kelompok-kelompok kepentingan umum yang pernah mewakili
tumbuhnya penyebab agenda, menarik, dan keprihatinan.
Baru
saja selama yang dilakukan oleh media sebagai penjaga gawang (gatekeeper),
mengetahui berita yang mana akan atau tidak akan masuk, organisasi ini
bertindak sebagai penjaga gawang ke marketplace. Para pemasar harus berhasil
melewati mereka, yaitu untuk memasuki pasar tertentu dan untuk mengatasi atau
menetralkan lawan. Satu tugas untuk ini, Kotler mengambil nilainya, karena para
eksekutif pemasaran tidak siap dengan latihan atau pengalaman.
Peran
PR adalah merancang strategi mengurusi program-program serta mengijinkan para
agen pemasaran untuk melewati para penjaga gawang dan masuk ke pasar. Dalam
pandangan Kotler, CPR dan MPR harus memainkan sebuah peran, apa yang disebut
rencana strategis “melewati”. Ketika para pelanggan membuat keputusan untuk
membeli, mereka sangat yakin perasaan memutuskan untuk membeli dua hal, produk
dan perusahaan.
Kotler
sangat percaya sekali, bahwa orangorang akan melakukan bisnis dengan
perusahaan, mereka tahu dan percaya. Para pelanggan percaya ini berhasil
didapat dengan memberikan mutu produk yang dinilai baik. Juga berhasil didapat
dengan mensponsori kegiatan dan bisa memahami sebab yang ditunjukkan dengan
memberikan penghargaan perusahaan kepada pelanggan.
Sekian
dari saya, terimaksih atas kunjungan di blog saya, semoga bermanfaat.
Assalamualikum
wr.wb.
KUTIPAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar