Sabtu, 25 November 2017

PENENTUAN TARGET dan SRATEGI PUBLIC RELATION



PENENTUAN TARGET dan SRATEGI PUBLIC RELATION
Assalamualaikum wr.wb
Pada kali ini saya akan menjelaskan sedikit tentang penentuan target dan strategi dalam humas
Pertama-tama kita akan  memahami arti kata penentuan target,
Arti kata penentuan menurut KBBI proses, cara , perbuatan menentukan,, penetapan, pembatasan. Dan kata Target menurut KBBI adalah tar·get /targét/ n sasaran (batas ketentuan dsb) yg telah ditetapkan untuk dicapai: panen di semua kabupaten di daerah itu berhasil melampaui. Kalau di satukan menjadi  proses atau perbuatan menentukan sasaran ( khalayak ) yang telah di tetapkan untuk dicapai.
Publik / Target Audiens adalah penerima dari kegiatan komunikasi
Beberapa publik / target sasaran yang jelas dan mudah untuk mengidentifikasi, tetapi beberapa dari mereka harus ditetapkan terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Identifikasi publik / target sasaran harus berdasarkan prioritas, karena kita tidak dapat berkomunikasi dengan seluruh sasaran yang relevan sekaligus pada saat yang sama.
Salah satu cara yang paling populer untuk mengidentifikasi publik / sasaran adalah model pemasaran STP (Segmenting, Targeting, Positioning). Dalam PR, kita dapat mengubah menjadi ITP (Identifying, Targeting, Prioritizing).
Tapi , Padala kali ini pembahasan yang lebih mudah untuk memahamami penentuan target public relation  kita akan kaitkan pada kampaye, apa lagi saat ini juga dekat dengan kampanye pemilihan bupati serempak salah satunya di kubu raya, ini merupakan salah satu praktek publik relation dalam kehidupan sehari-hari, Berikut benjelasan lebih lanjut
Pada masa sekarang pelaku kampanye umumnya menyadari bahwa khalayak merupakan titik tolak bagi setiap kegiatan kampanye. Pengetahuan tentang khalayak akan membimbing kita dalam merancang “pesan apa”, “untuk siapa”, disampaikan “lewat media apa” dan “ siapa yang cocok untuk menyampaikannya”.
McQuail & Windahl mendefinisikan khalayak sasaran adalah : sejumlah besar orang yang pengetahuan, sikap dan perilakunya akan diubah melalui kegiatan kampanye. Besarnya jumlah khalayak sasaran mengidentifikasikan bahwa mereka memiliki karakteristik yang beragam.
Sedangkan Jhonston menyatakan ada dua prespekif yang dapat digunakan untuk melihat siapa khlayak sebenarnya yaitu :
1.      Prespektif Individual yaitu melihat khalayak sebagai individu yang memiliki pandangan pribadi tentang dunia beradasarkan karakteristik personal yang dimilikinya.
2.      Prespektif sosiokultural yaitu melihat khalayak sebagai produk budaya, dimana faktor-faktor diluar dirinya (faktor eksternal dan situasional) sangat mempengaruhi respons dan perilaku yang muncul.
Menurut prespektif individual, efek dari pesan-pesan persuasif sulit diperkirakan. Bagaimanapun hebatnya pelaku kampanye, khalayak tidak akan begitu saja menuruti apa yang dikatakan mereka . Khalayak adalah individu-individu yang berfikir, memiliki perasaan, mengevaluasi, menentukan, beraksi dan bereaksi atas sesuatu. Karena alasan in maka pesan-pesan kampanye akan dipersepsi secara berbeda-beda oleh setiap individu dan akhirnya menghasilkan efek yang beragam.
Sebaliknya menurut Prespektif sosiokultural, memandang pesan-pesan kampanye dapat menimbulkan efek yang relatif seragam pada khalayak sasaran berdasarkan asumsi bahwa khalayak adalah kumpulan orang yang saling berinteraksi dan saling berbagi keyakinan, nilai dan norma-norma budaya.
Khalayak dipandang sebagai produk budaya tertentu, mereka cenderung merespon pesan kampanye berdasarkan acuan normatif (budaya) yang mereka miliki bersama. Dengan kata lain faktor-faktor budayalah yang lebih mempengaruhi penerimaan pesan-pesan persuasif pada diri khalayak dibandingkan faktor individu.
Kedua sudut pandang memang ada perbedaan namun keduanya sangat perlu dipahami untuk meningkatkan efektivitas penyampaian pesan-pesan kampanye.
Dari contoh praktek nyata di atas , dapat kita simpulkan bahwa, dalam penentuan target sangatlah penting dan cara penyampaiannya juga harus bisa di pahami agar para target dapat menerimanya dengan paham.
 Selanjutnya kita akan membahas strategi yang akan di gunakan dalam humas.
Strategi dalam KBBI adalah komunikasi sesuatu yang patut dikerjakan demi kelancaran komunikasi atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Untuk memudahkan memahamkan strategidalam humas, kali ini kita akan menyangkut pautkan pada marketing public relation. ada Tiga pendekatan dalam MPR Menurut Thomas L Harris, tiga pendekatan dalam MPR terdiri dari; Push, Pull dan Pass.
1.      Push adalah Strategi “dorongan” diperlukan untuk menggunakan kekuatan penjualan dan promosi perdagangan untuk mendorong produk melalui saluran-saluran. Produsen secara agresif mendorong produk kepada agen, agen secara agresif mendorong produk kepada pengecer, dan pengecer secara agresif mendorong produk kepada konsumen.
2.      Pull adalah Strategi “menarik” memerlukan pengeluaran uang banyak atas periklanan, dan promosi konsumen agar permintaan konsumen menjadi lebih berkembang. Jika strategi ini efektif, para konsumen akan meminta produk kepada pengecer mereka, pengecer akan meminta produk kepada agen mereka, dan agen akan menanyakan produknya kepada produsen.
3.      Pass Dalam strategi “mendorong” dan “menarik”, saya mengusulkan bahwa dimensi ketiga, yaitu strategi “melewati”, diperlukan pada pemasaran yang saat ini semakin kompleks. Itu didatangkan oleh faktor Kotler yang digambarkan pada megamarketing, terutama untuk keperluan memasuki pasar yang dihalangi atau dilindungi oleh partai lain daripada pengguna akhir. Partai ini termasuk, tetapi dengan tak ada arti terbatas, pembuat kebijaka pemerintah. Pembuat undang-undang, regulator, partai politik, aktivis, dan kelompok-kelompok kepentingan umum yang pernah mewakili tumbuhnya penyebab agenda, menarik, dan keprihatinan.
Baru saja selama yang dilakukan oleh media sebagai penjaga gawang (gatekeeper), mengetahui berita yang mana akan atau tidak akan masuk, organisasi ini bertindak sebagai penjaga gawang ke marketplace. Para pemasar harus berhasil melewati mereka, yaitu untuk memasuki pasar tertentu dan untuk mengatasi atau menetralkan lawan. Satu tugas untuk ini, Kotler mengambil nilainya, karena para eksekutif pemasaran tidak siap dengan latihan atau pengalaman.
Peran PR adalah merancang strategi mengurusi program-program serta mengijinkan para agen pemasaran untuk melewati para penjaga gawang dan masuk ke pasar. Dalam pandangan Kotler, CPR dan MPR harus memainkan sebuah peran, apa yang disebut rencana strategis “melewati”. Ketika para pelanggan membuat keputusan untuk membeli, mereka sangat yakin perasaan memutuskan untuk membeli dua hal, produk dan perusahaan.
Kotler sangat percaya sekali, bahwa orangorang akan melakukan bisnis dengan perusahaan, mereka tahu dan percaya. Para pelanggan percaya ini berhasil didapat dengan memberikan mutu produk yang dinilai baik. Juga berhasil didapat dengan mensponsori kegiatan dan bisa memahami sebab yang ditunjukkan dengan memberikan penghargaan perusahaan kepada pelanggan.
Sekian dari saya, terimaksih atas kunjungan di blog saya, semoga bermanfaat.
Assalamualikum wr.wb.






KUTIPAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar